Friday, September 27, 2013


AGROKLIMATOLOGI:


LAPORAN PENGAMATAN
GAMBARAN KONDISI IKLIM DAN KESESUAIAN TERHADAP JENIS TANAMAN YANG AKAN DI BUDIDAYAKAN DI KECAMATAN SORAWOLIO KOTA BAU - BAU, SULTRA


 
 


 

DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD AMSAL
D1 A1 08 165



JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan dan Kegunaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Iklim dan Tanaman
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman
2.3 Metode dan Penentuan Tipe Iklim
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Cuaca Iklim
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1 Kota Bau-Bau
3.2 Kecamatan Sorawolio
BAB IV METODE PELAKSANAAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil (unsur –unsur iklim )
5.1.1 Radiasi Surya
5.1.2 Suhu Udara
5.1.3 Angin
5.1.4 Evapotranspirasi
5.1.5 Hujan
5.2 Tipe Iklim
5.2.1 Menurut Koppen
5.2.2 Menurut Morth
5.2.3 Menurut Smith Ferguson
5.2.4 Menurut Oldemman
BAB VI          KESIMPULAN DAN SARAN
            6.1 Kesimpulan
1.      Rata – Rata unsur iklim di Kecamatan Sorawolio Kota Bau – Bau
2.      Tipe Iklim di Kecamatan Sorawolio Kata Bau – Bau
3.      Berdasarkan kesimpulan 1 dan 2 maka jenis tanaman yang pantas di kembangkan di Kecamatan Sorawolio adalah:
a.       Tanaman perkebunan
b.      Tanaman pangan
c.       Tanaman holtikultura
d.      Buah - buahan
            6.2 Saran
            DAFTAR PUSTAKA
            LAMPIRAN

 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Secara umum telah diterima, bahwa tumbuh merupakan ciri yang dimiliki oleh makhluk hidup dan merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan banyak faktor, seperti: asimilasi, pembentukan protoplasma baru maupun peningkatan ukuran berat tumbuhan baik sebagian maupun secara keseluruhan organ atau jaringan serta mencangkup diferensiasi menurut pola yang turun temurun. Dan di antara faktor luar yang lain meliputi ketersediaan mineral, kadar air dan udara dalam tanah serta ketersediaan sinar surya dan iklim sebagai komponen pertama dalam berusaha tani yang perlu diperhatikan.

Ahner beranggapan bahwa produksi pertanian itu terjadi karena adanya perpaduan antara faktor alam dan tenaga kerja serta modal dibawah asuhan pengelola manusia sebagai manager sekaligus manusia sebagai akar dalam tahapan pembangunan (Moshlow). Sehingga unsur ini sangat penting bagi perkembangan uasaha tani di Indonesia Khususnya, di kecamatan Sampara Kabupeten Konawe. Unsur-unsur ini meliputi: hujan dan air, suhu panas dan sinar matahari, angin, kelembaban dan kelangsengan udara.

Corak iklim ini lebih banyak dipandang ditentukan oleh sifat curah hujan. Sifat curah hujan di Indonesia umumnya cukup beragam dan untuk keperluan pertanian diperlukan adanya klasifikasi atas sifat hujan yang meliputi daerah basah,  setengah basah, dan daerah kering. Karena keberagaman inilah maka iklim menentukan jenis dan teknik bercocok tanam serta kwalitas dan kuantitas produk hasil yang diperoleh dari usaha tani. Namun bukan berarti unsur-unsur iklim yang lain tidak memiliki hubungan dengan corak maupun jenis usaha tani, karena tidak dapat disangsikan bahwa unsur angin serta suhu dan lama penyinaran juga mempengaruhi proses pembentukan hujan dan kondisi tanaman dalam proses fotosintesis tanaman serta proses penyerbukan dan proses-proses negatif yang mengganggu produktivitas tanaman. Sehingga dengan asumsi inilah maka dilakukan pengamatan iklim guna merampungkan penulisan laporan pengamatan tentang “”GAMBARAN KONDISI IKLIM DAN KESESUAIAN JENIS TANAMAN YANG AKAN DIKEMBANGKAN DI KECAMATAN SORAWOLIO, KOTA BAU-BAU.

1.2  Tujuan dan Kegunaan

Pada uraian sebelumnya telah disinggung peran iklim dalam menentukan jenis dan teknik bercocok tanam tanaman sebagai faktor pendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Dan bergerak dari masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dari pengamatan ini adalah:
1.      Mahasiswa dapat mengetahui gambaran kondisi iklim di kecamatan Sorawolio, kota Bau-Bau,
2.      Mahasiswa dapat menentukan jenis tanaman yang dapat di budidayakan khususnya di kecamatan Sorawolio Kota Bau-Bau
Bergerak dari tujuan di atas, maka yang menjadi kegunaan dari pengamatan serta penulisan dari laporan ini adalah:
1.      Sebagai bahan referensi untuk penelitian kedepan yang berhubungan dengan matakuliah agroklimatologi dan iklim
2.      Setelah melakukan pengamatan , mahasiswa dapat mengetahui tentang peran iklim dalam pertanian

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Iklim dan Tanaman
Iklim merupakan salah satu komponen ekosistem yang proses dinamikanya dipengaruhi oleh proses global dan berada di luar atmosfer. Kejadian iklim tidak terlepas dari dinamika alam, terutama proses rotasi terhadap bidang, air serta energi. Penjabaran dari zat-zat alir dan energi tersebut adalah unsur-unsur iklim, dimana unsur-unsur iklim ini merupakan  faktor pendukung pertumbuhan dan produksi tanaman dalam bentuk membantu proses fotosintesis dan berbagai bentuk fisioloogi lainnya. (Irianto, Las dan Sumarni, 2000)
Proses fotosintesis sebagai proses awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi da fisika yang mengkonversi energi surya dalam bentuk gelombang elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut diproduksi menjadi energi kinetik dan energi termal melalui proses respirasi, untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman. Sedangkan bagian lainnya di reformasi menjadi beberapa jenis senyawa organik, termaksud asam amino, protein dan lain-lain melalui beberapa proses metabolisme tanaman.
Selain radiasi surya, proses fotosintesis sangat ditentukan oleh ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu udara. Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman secara sighnifikan di pengaruhi oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim lainnya. Proses transpirasi yang menguapkan air dari jaringan tanaman ke atmosfer merealisasikan proses dinaminasi dan translokasi energi panas, air, hara dan berbagai senyawa lainnya di dalam jaringan tanaman. (Bell and Doberman, 1997)
Selain proses metabolisme, proses pembungaan pengisian biji dan pematangan biji atau buah juga sangat dipengaruhi oleh radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu udara dan kelembaban nisbi serta angin. Oleh sebab itu, produktivitas dan mutu hasil tanaman yang banyak di tentukan pada fase pengisian dan pematangan biji atau buah sangat di pengaruhi oleh berbagai unsur iklim dan cuaca, terutama radiasi surya dan suhu udara.
Secara aktual, berbagai proses fisiologi pertumbuhan da fisiologi produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur cuaca yaitu keadaan atmosfer dari saat ke saat  selama umur tanaman, ketersediaan air sangat di tentukan oleh curah hujan selama periode waktu tertentu, yang pada hakikatnya merupakan akumulasi dari beberapa unsur. Demikian juga, pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan manifestasi akumulatif dari seluruh proses fisiologi selama fase periode pertumbuhan tertentu oleh sebab itu dalam pengertian yang lebih teknis dapat di nyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman di pengaruhi oleh berbagai unsur iklim sebagai akumulasi keadaan cuaca selama pertumbuhan tanaman. (Las, Fagi & Pasandaran, 1999 dalam Surmaini, dkk.)
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman

2.3 Metode dan Penentuan Tipe Iklim
Metode dan Penentuan Tipe Iklim menurut:
            2.3.1    Iklim Koppen
Wladimir Koppen seorang ahli berkebangsaan Jerman membagi iklim berdasarkan curah hujan dan temperatur menjadi lima tipe iklim :
Gambar : Iklim Koppen
1.                  Iklim A, yaitu iklim hujan tropis, dengan ciri temperatur bulanan rata-rata lebih dari 18 oC, suhu tahunan 20 oC – 25 oC dengan curah hujan bulanan lebih dari 60 mm.
2.                  Iklim B, yaitu iklim kering/gurun
Dengan ciri curah hujan lebih kecil daripada penguapan, daerah ini terbagi menjadi Iklim stepa dan gurun.
3.                     Iklim C, yaitu iklim sedang basah
Dengan ciri temperatur bulan terdingin -3 oC - 18 oC, daerah ini terbagai menjadi :
Cs  (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering)
Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin yang kering)
Cf  (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)
4.                  Iklim D, yaitu iklim dingin
Dengan ciri temperatur  bulan terdingin kurang dari 3 oC dan temperatur bulan terpanas lebih dari 10 oC, daerah ini terbagi menjadi Dw, Df
o        Dw adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang  kering
o        Df adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab.
5.                  Iklim E, yaitu iklim kutub.
Dengan ciri bulan terpanas temperaturnya kurang dari 10 oC Daerah ini terbagi menjadi :
o        ET Iklim tundra
o        DF Iklim salju
2.3.2    Iklim Schamidt - Ferguson
Schmidt dan Ferguson membagi iklim berdasarkan banyaknya curah hujan pada tiap bulan yang dirumuskan sebagai berikut :

Di Indonesia terbagi menjadi 8 tipe Iklim :
A. kategori sangat basah, nilai Q = 0 – 14,3 %
B. ategori basah, nilai Q = 14,3 – 33,3 %
C. kategori agak basah nilai Q 33,3 – 60 %
D. kategori sedang, nilai Q = 60 – 100 %
E. kategori agak kering, nilai Q = 100 – 167 %
F. kategori kering, nilai Q = 167 – 300 %
G. kategori sangat kering, nilai Q = 300 – 700 %
H. kategori luar biasa kering, nilai Q = lebih dari 700 %
Jadi kota X beriklim B. Langkah masukan dalam grafik.
2.3.3    Klasifikasi Iklim Oldeman
Oldeman membagi iklim menjadi 5 tipe iklim yaitu :
·         Iklim A. Iklim yang memiliki bulan basah lebih dari 9 kali berturut-turut
·         Iklim B. Iklim yang memiliki bulan basah 7-9 kali berturut-turut
·         Iklim C. Iklim yang memiliki bulan basah 5-6 kali berturut-turut
·         Iklim D. Iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut-turut
berdasarkan urutan bulan basah dan kering dengan ketententuan tertentu diurutkan sebagai berikut:
a.       Bulan basah bila curah hujan lebih dari 200 mm
b.      Bulan lembab bila curah hujan 100 – 200 mm
c.       Bulan kering bila curah hujan kurang dari 100 mm 
A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.

B : Jika terdapat 7 – 9 bulan basah berurutan.

C : Jika terdapat 5 – 6 bulan basah berurutan.

D : Jika terdapat 3 – 4 bulan basah berurutan.

E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.
Pada dasarnya Kriteria bulan basah dan bulan kering yang dipakai Oldeman berbeda dengan yang digunakan oleh Koppen atau pun Schmidt – Ferguson Bulan basah yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut: Bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm. Bulan lembab apabila curah hujannya 100 - 200 mm. Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 mm.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Cuaca Iklim
      Suatu lokasi atau lahan pertanian yang direncanakan akan ditanaman tanaman perlu diteliti lebih dahulu unsur iklim yang berpengaruh terhadap lokasi tersebut, seperti radiasi matahari, curah hujan, suhu udara, kecepatan angin, arah tiupan angin yang pada dasarnya dapat mempengaruhi kondisi kelembaban tanah.
1)      Pengaruh cahaya matahari
Cahaya matahari yang sampai ke permukaan tanah dipengaruhi oleh rapat tidaknya vegetasi tanah tersebut. Jika vegetasinya sangat rapat atau bahkan tertutup sama sekali, hal ini dapat mengurangi masuknya radiasi matahari ke permukaan tanah, selain menghalangi proses penguapan tanah (evaporasi berkurang), hal ini dapat menyebabkan tanah menjadi basah dan kelembaban tanah menjadi tinggi. Kelembaban tanah yang terlalu tinggi kurang bagus untuk pertumbuhan tanaman, biasanya akan mempengaruhi akar-akar tanaman menjadi busuk sehingga mengganggu proses penyerapan air dan unsur hara tanah menjadi terganggu. Apakah vegetasi yang rapat tersebut dibuka, maka radiasi matahari akan masuk ke permukaan akan menaikkan suhu permukaan tanah dan menyebabkan penguapan. Tetapi jika intensitas radiasi matahri yang diterima oleh bumi sangat berlebihan, misalnya karena adanya fenomena pemanasan global yang disebabkan oleh mulai menipisnya lapisan ozon di atmosfer, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya penguapan-penguapan dari tanah yang berlangsung lama dan hebat yang terjadi pada musim kemarau, dan kondisi ini akan sangat berpengaruh pada tanah, tanah menjadi kering dan kelembaban tanah menjadi sangat rendah.
2)      Suhu
Suhu tanah juga perlu diukur, karena suhu tanah ini sangat mempengaruhi mikroflora dan mikrofauna yang terkandung dalam tanah yang menguntungkan dan menyuburkan tanah setempat. Suhu tanah ini dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari. Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh bumi dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat terhadap matahari dan tebal tipisnya lapisan ozon di atmosfer. Semakin dekat kedudukannya terhadap matahari, maka intensitas cahaya matahari yang diserap tanah akan semakin tinggi sehingga suhu permukaan tanah biasanya akan semakin tinggi. Fenomena terjadinya pemanasan global yang terjadi sekarang ini adalah karena menipisnya lapisan ozon yang berfungsi untuk menyerap radiasi matahari sebelum sampai ke bumi, karena lapisan ozon semakin menipis maka kemampuannya untuk menyerap radiasi matahari semakin berkurang akibatknya intensitas radiasi matahari yang diterima oleh bumi akan sangat tinggi, sehingga suhu tanah akan menjadi semakin tinggi. Jika suhu tanah terlalu tinggi (ekstrim) bisa mematikan mikroflora dan mikrofauna tersebut sehingga tanah menjadi tidak subur, selain itu dapat mengganggu aktivitas fotosintesis, dan respirasi tumbuhan. Untuk menghindari pengaruh radiasi matahari tersebut, maka teknik pemulsaan (mulching) pada tanah yaitu menutupi permukaan tanah dengan jerami, sisa-sisa tanaman, kompos atau bahan lainnya, dapat dilakukan karena salah satu manfaatnya adalah selain mempertahankan kelembaban dan suhu tanah juga dapat mendorong penyerapan unsur hara oleh akar-akaran juga dapat mempertahankan keberadaan mikroflora dan mikrofauna sehingga kesuburan tanah tersebut dapat terjaga.
3) Kelembaban tanah
Kelembaban tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah, karena tekstur tanah ini akan menentukan kemampuan pengikatan air dalam tanah. Tanah dengan tekstur berpasir biasanya kurang baik untuk pertanian teutama untuk pesawahan karena sifat pelolosan airnya besar sekali, hal ini dapat mempercepat pengeringan tanah, sehingga kelembaban tanahnya akan menjadi rendah. Tetapi untuk dry farming jenis tanah ini bisa digunakan. Tekstur tanah berlempung atau loam soil sifatnya sangat baik kemampuan pengikatan airnya artinya dapat menjaga kelembaban tanah dengan baik dan sama baiknya pada waktu musim hujan maupun musim kemarau sehingga tanah jenis ini sangat baik digunakan untuk pertanian. Tekstur tanah liat berlempung atau clayed soil , tanah ini baik sekali untuk usaha tani persawahan. Apabila tanah ini digunakan untuk usaha tani yang bersifat umum atau bercocok tanam palawija serta tanaman lainnya, maka kelembabannya perlu diawasi secara ketat, pengawasan ini dilakukan untuk menjaga kelembaban optimal tanaman tersebut agar dapat terjamin dengan baik.
4) Curah hujan
Lokasi lahan pertanian dengan curah hujan yang tinggi, dapat menimbulkan erosi tanah, atau banyak menghanyutkan bagian tanah paling atas yang subur (top soil), sehingga bagi para petani dianjurkan melakulan pola dan teknik pengolahan tanah dan penanaman yang sesuai, yang bertujuan untuk melindungi permukaan tanah dari pengaruh curah hujan yang tinggi antara lain: pemulsaan (mulching) pada tanah yaitu menutupi permukaan tanah dengan jerami, sisa-sisa tanaman, kompos atau bahan lainnya. Manfaat pemulsaan adalah:
Permukaan tanah akan terlindungi dari daya kikisan serta penghanyutan tanah top soil yang subur.
a)      Menghambat evaporasi (penguapan) tanah yang berlebihan karena adanya bahan pelindung terhadap radiasi matahari.
b)      Memperbesar kapasitas penyerapan air ke dalam pori-pori tanah.
c)      Mempertahankan kelembaban dan suhu tanah sehingga mendorong penyerapan unsur hara oleh akar-akaran.
d)     Mulsa yang telah lapuk akan memperkaya bahan organik tanah, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
5) Angin
Angin adalah massa udara yang bergerak. Kecepatan angin menunjukkan perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan kecepatan angin sekitar 2,5 m/detik (9,0 km/jam) dan pada musim kemarau kecepatan angin sekitar 3,5 m/detik (12,6 km/jam). Kecepatan angin sering menimbulkan berbagai kerusakan. Angin yang bergerak dengan cepat dapat mendorong terkikisnya tanah bagian atas yang subur (top soil), atau erosi tanah terutama untuk lahan dengan derajat kemiringan yang tinggi. Angin yang bergerak pada suatu lokasi pun sifatnya berbeda-beda, hal ini ditentukan oleh:
a) Daerah atau tempat dimana massa udara terjadi. Jika angin yang bergerak berasal dari daerah yang banyak air maka massa udara bersifat lembab, angin ini tidak akan mendorong terjadinya pengeringan tanah, tetapi bila berasal dari daerah kering, angin akan bersifat kering sehingga akan mendorong terjadinya pengeringan tanah.
b) Jalan yang dilalui oleh massa udara tersebut. Bila melalui daerah yang basah, maka angin akan mengisap air dari daerah teresebut, sehingga mendorong penguapan atau pengeringan tanah yang dilaluinya, sehingga angin tersebut bersifat lembab.          


 

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1 Kota Bau-Bau
            Kota Bau-Bau terletak di jazirah Sulawesi Tenggara bagian selatan Pulau Buton, yang secara rinci di bahas pada bagian bawah ini berdasarkan keaadaan umum wilayahnya.
1.      Letak geografis
Secara geografis Kota Bua-Bau terletak di bagian selatan garis Khatulistiwa di antara 5◦21 - 5◦3/ Lintang Selatan dan di antara 122◦30 - 122◦45/ Bujur Timur.
2.      Luas wilayah
Daerah Kota Bau – Bau awalnya terdiri dari 4 kecamatan, namun semenjak tahun 2006 mekar menjadi 6 kecamatan dan menjadi  7 kecamatan di akhir tahun 2008 dengan luas wilayah 221,00 KM2 dan luas setiap kecamatan yaitu di sajikan dalam table:

Kecamatan
Luas Wilayah
1.      Betoambari
2.      Murhum
3.      Wolio
4.      Kokalukuna
5.      Sorawolio
6.      Bungi
7.      Lea
27,89 Km2
  6,45 Km2
17,33 Km2
  9,44 Km2
83,25 Km2
47,71 Km2
28,93 Km2

3.      Batas wilayah
Kota Bua-Bau berbatasan pada sebelah utara dengan Kecamatan Kapontori  Kabupaten Buton: sebelah selatan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton dan sebelah Barat dengan Selat Buton.

4.      Topografi dan Hidrologi
Kondisi topografi daerah Kota Bau – Bau pada umumnya memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang dan berbukit-bukit. Diantara  gunung dan bukit terbentang daratan yang merupakan daerah-daerah potensial untuk mengembangkan sector- sector pertanian.
Di samping itu Kota Bau-Bau memiliki pula sungai yang besar yaitu sungai Bau-Bau yang membatasi Kecamatan Wolio dengan Kecamatan Murhum dan membelah Kota Bau-Bau.

5.      Keadaan Iklim
Keadaan iklim di Kota Bau-Bau umumnya sama dengan daerah lain de sekitarnya yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim hujan terbanyak terjadi pada bulan desember dan maret, pada bulan – bulan tersebut angina barat yang bertiup dari Asia dan Samudera Pasifik mengandung banyak uap air, musim kemarau terjadi mulai bulan mei sampai bulan oktober, pada bulan – bulan ini angina timur yang bertiup dari Australia kurang mengandung uap air.

Berdasarkan catatan stasiun Metereologi Kelas III Betoambari, pada tahun 2009 terjadi hari hujan sebanyak 107 hari hujan dengan curah hujan sebanyak 1.093 mm, kondisi ini menurun jika di bandingkan dengan hari hujan dan curah hujan tahun sebelumnya yang mencapai 164 hari dan 1.863,5 mm dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan desember sebesar 288,2 mm sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan agustus sebesar 0,4 mm.
Suhu udara di kota Bau-Bau pada tahun 2009 berkisar antara 23,7◦C sampai dengan 32,4◦C. untuk kecepatan angina rata-rata yang terjadi selama tahun 2009 yang tertinggi terjadi bulan agustus yaitu sebesar 5,0 Knot/second sedangkan kecepatan anginrata – rata terendah terjadi pada bulan mei yakni sebesar 2,0 Knot/second.

           Sementara itu kelembaban udara rata-rata selama tahun 2008 tercatat antara 71% - 86%, serta tekanan udara yang tercatat yaitu rata- rata 1.010,3 mb – 1.013,8 mb.
3.2 Kecamatan Sorawolio
1.      Letak Geografis Wilayah
Kecamatan Sorawolio terletak pada bagian selatan garis khatulistiwa serta terletak pada 5◦45 - 5◦44 Lintang selatan ,dan 122◦68 - 122◦75 Bujur Timur. Dengan batas wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bungi; sebelah timur berbatasan dengan Kecamtan Pasar Wajo; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sampolawa dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wolio.

            Kecamatan Sorawolio memiliki topografi yang berbukit-bukit serta memiliki luas yaitu 83,25 Km2 atau 37,66% dari luas Kota Bau-Bau. Kelurahan Kaisabu merupakan wilayah terluas yakni 40,15 Km2 dan yang terkecil adalah Kelurahan Bugi dengan luas wilayah 10,95 Km2. Dngan kata lain dari bentuk topografi wilayahnya dapat dipastikan bahwa wilayah Kecamatan Sorawolo bukanlah daerah pesisir tetapi daerah yang di lalui oleh aliran sungai/kali sebagai daerah penghasil air bersih Kota Bau-Bau.
2.      Keadaan iklim
Pada dasarnya keadaan iklim di daerah Kecamtan Sorawolio sama dengan di daerah lain kota Bu-Bau. Suhu di suatu tempat antara lain di tentuka oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2010 suhu udara minimum terjadi pada bulan agustus sebesar 23,1◦C dan suhu udara maksimum terjadi pada bulan February, sebesar 31,8◦C.
            Kecepatan angina pada tahun 2010 umumnya merata setiap tahunnya, yakni dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 2,0 sampai dengan 2,4 knots.
            Curah hujan di suatu tempat antara lain di pengaruhi oleh keadaan iklim , keadaan topografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu curah hujan di kecamatan Sorawolio pada tahun 2010 sangat beragam setiap bulannya, dimana curah hujan terbanyak terjadi pada bulan desember sebesar 623,2 mm. adapun yang mempengaruhi hujan dan arah kecepatan angina adalah perbedaan tekanan udara.
3.      Keadaan Pertanian
Kecamatan Sorawolio dengan luasnya 83,25 ha pada tahun 2010, sebesar 7,39 persen merupakan hutan Negara, lahan yag di usahakan untuk pertanian yang terdiri dari lahan tegal sebesar 12,31 %, tanah sawah sebesar 1,80 %, ladang sebesar 4,13 %. Sedangkan sisanya sebesar 11,37 % digunakan untuk pekarangan da penggunaan lainnya.
Adapun yang menjadi penghasilan dari masyarakat Sorawolio adalah berladang padi, jagung dan berbagai jenis tanaman sayuran  dan kacang-kacangan; bertegal coklat,kopi, jambu mete, cengkeh dan beberapa tanaman perkebunan serta kehutanan lainnya; berternak beberapa jenis unggas ayam dan bebek serta sapi  dan kambing.
4.      Kependudukan dan pemerintahan
Luas Daerah Pembagian Daerah Administrasi menurut Kelurahan
Kelurahan
Jarak ke Ibukota Kecamatan (Km)
Banyaknyak Rukun Warga
Banyaknya Rukun Tetangga
(1)
(2)
(3)
(4)
Kaisabu Baru
Karya Baru
Bugi
Gonda Baru
0,5
1,0
1,5
6,0
5
4
4
4
10
8
10
8
Sorawolio
9.0
17
36
Sumber : BPS Kecamatan Dalam Angka 2010
Penduduk
Jumlah penduduk tahun 2009 merupakan hasil proyeksi, sama halnya dengan jumlah penduduk pada tahun 2008. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kecamatan Sorawolio yakni 6.776 jiwa, sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 6.941 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 2,44 persen.Dengan Jumlah penduduk yang cukup besar dan terus bertambah setiap menyebabkan semakin tingginya tingkat kepadatan penduduk.
Luas Daerah,Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kelurahan 2009
Kelurahan
Luas Daerah (km²)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kepadatan (Jiwa/Km)
(1)
(2)
(3)
(4)
Kaisabu Baru
Karya Baru
Bugi
Gonda baru
40,15
11,00
10,95
21,15
1.727
1.747
1.860
1.606
43
159
170
76
Sorawolio
83,25
6.941
83
Sumber : BPS Kecamatan Dalam Angka 2010




BAB IV
METODE PELAKSANAAN
1.      Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui Biro pusat Statistik (BPS) , serta BPTP dan beberapa literature pendukung.
2.      Waktu dan Tempat Pengamatan
Waktu yang digunakan untuk melakukan pengamatan sekaligus penulisan laporan ini adalah selama 15 minggu. Serta yang menjadi tempat pengamatan adalah kecamatan Sorawolio kota Bau-Bau,SULTRA.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan ini, teknik pengumpulan data adalah data yang digunakan yakni data sekunder, dimana bersumber dari beberapa literatur studi pustaka serta berdasar pada instansi terkait (BPS, BPTP)




BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Radiasi Surya
Jumlah radiasi surya Rata – Rata tahunan di kecamatan Sorawolio disajikan dalam table pada stasiun Meteorologi Kapontori :
TAHUN
RGM (MJ/M2)
2003
17,76
2004
18,07
2005
15,6
∑x‾
17,14

5.1.2 Suhu Udara
Suhu udara Rata – Rata tahunan di kecamatan Sorawolio disajikan dalam table pada stasiun Meteorologi Kls III Betoambari:
            TAHUN
SUHU UDARA (®C)
Minimum
Maksimum
2007
23,5
31,7
2008
23,4
31,7
2010
24,17
31,16
∑x‾
23,7
31,5

5.1.3 Angin
            Rata – rata tahunan kecepatan angina dikecamatan Sorawolio pada Stasiun Meteorologi Kls III Betoambari, kota Bau - Bau
            TAHUN
KECEPATAN ANGIN (KNOT)
2005
2,7
2006
3,8
2007
3,2
2008
4,0
2010
2,9
∑x‾
3,32


5.1.4  Evapotranspirasi
Angka hasil evapotranspirasi untuk kecamatan tidak disajikan karena telah berhubugan dengan keadaan curah hujan di suatu tempat sebagai substansi dasar pembentukan hujan.
Namun untuk menjangkau pengetahuan tentang tingkat evapotranspirasi di kecamatan Sorawolio berikut di sajikan data tentang kelembaban udara rata – rata tahunan pada kecamatan bersangkutan pada Stasiun Meteorologi Kls III Betoambari, kota Bau – Bau.
TAHUN
KELEMBABAN (%)
2005
81,25
2006
64,56
2007
83,08
2008
83,00
2010
87,84
∑x‾
79,946

5.1.5 Hujan
Rata – rata tahunan curah hujan dikecamatan Sorawolio pada Stasiun Meteorologi Kls III Betoambari, kota Bau – Bau.
TAHUN
CURAH HUJAN
Jumlah Hari (hh)
Curah Hujan (mm)
2007
14
168,12
2008
13,67
155,29
2010
19,42
279,14
∑x‾
15,69
200,85

5.2 Tipe Iklim
5.2.1 Menurut Koppen
Berdasarkan asumsi pembagian iklim Koppen dengan dasar temperature rata – rata suhu udara dan curah hujan, di Kecamatan Sorawolio terdapat Tipe Iklim A dengan suhu udara rata – rata tahunan berkisar antara 23,7 – 31,5 serta curah hujan rata – rata tahunan > 60 mm (200mm).
Adapun jenis tanaman yang dapat tumbuh adalah padi, jagung, kopi, tembakau, lada, ubi kayu, kapas, mangga, durian, rambutan, belimbing, tomat, terung, melon, semangka, bawang, tebu, pinus, mahoni, kelapa, coklat. Lombok,cabei, sayuran berdaun lebar.
5.2.2 Menurut Morth
Khususnya tipe Iklim di Kecamatan Sorawolio menurut Morth merupakan daerah yng memilikin tipe iklim Basah pada waktu waktu tertentu serta bulan kering yang panjang pada bulan bulan tertentu yakni pada musim kemarau.
5.2.3 Menurut Smith Ferguson
Khususnya untuk daerah Kecamatan Sorawolio, tipe iklim menurut Smith Fergusom adalah tipe iklim  sedang dengan kriteria berkisar pada 60 – 100 % yaitu 79,946 %.
5.2.4 Menurut Oldemman
Untuk daerah Kecamatan Sorawolio, tipe iklim yang di kehendaki menurut Oldemman adalah tipe Iklim D. yaitu Iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut-turut khususnya pada bulan Februari sampai April. Serta bulan kering, khususnya pada bulan Juli sampai Oktober.

 

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1  Kesimpulan
1.      Rata – Rata unsur iklim di Kecamatan Sorawolio Kota Bau – Bau
a.       Radiasi Surya di Kecamatan Sorawolio rata – rata tahunan adalah 17,14 MJ/M2
b.      Suhu Udara rata – rata tahunan di Kecamatan Sorawolio berkisar pada 23,7 – 31,5 derajat celcius.
c.       Kecepatan angin untuk Kecamatan Sorawolio berada pada rata – rata tahunan 3,32 KNOT
d.      Evapotranspirasi (tidak ada data)
e.       Hujan rata – rata tahunan Kecamatan Sorawolio berkisar pada 200,85 mm.
2.      Tipe Iklim di Kecamatan Sorawolio Kata Bau – Bau adalah tipe iklim hujan tropis sedang dengan kriteria bulan basah dan bulan kering (tipe D).
3.      Berdasarkan kesimpulan 1 dan 2 maka jenis tanaman yang pantas di kembangkan di Kecamatan Sorawolio adalah:
a.       Tanaman perkebunan: nangka, kopi, coklat, kelapa.jati, tembakau dan beberapa tanaman rempah, alpukat, kapas.
b.      Tanaman pangan : padi, jagung, ubi kayu
c.       Tanaman holtikultura: beberapa jenis tanaman sayuran dan kacang-kacangan serta wortel, cabei rawit, bawang, dan lain-lain.
d.      Buah – buahan: kedondong, mangga, pisang, papaya, durian,melon, semangka,rambutan, belimbing

6.2  Saran




DAFTAR PUSTAKA
Tohir, Kashlan A. 1983. SEUNTAI PENGETAHUAN USAHA TANI INDONESIA. Penerbit : Rineka Cipta. Jakarta.
Hakim, Nasotion, Andi. 1991. PENGANTAR KE ILMU-ILMU PERTANIA. Penerbit: Pustaka Litera AntarNusa. Bogor
Mosher.A.T. 1986. MENGGERAKKAN DAN MEMBANGUN PERTANIAN. Penerbit: Rineka Cipta. Jakarta
Las, Irianto, Sumairni. 2000. PENGANTAR AGROKLIMAT DA BEBERAPA PENDEKATANNYA. Balitbang Pertanian. Jakarta
Surmaini,dkk. 1999. Analisis peluang penyimpangan iklim danpola ketersediaan air pada wilayah pengembagan IP padi 300. Puslitanak ARMP II, Baligbang Pertanian. Jakarta
Winarso, P.A. 1998. PERAMALAN CUACA & IKLIM SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK PERTANIAN: makalah pelatihan analisis & pemantauan faktor iklim untuk pertanian, Dept. Pertanian Jakarta
Bell and Doberman.1997. dalam surmaini, 2000. Jakarta
Fahrizal.http://blogspot. Iklim bagi.....
Scmidt & Ferguson. 1975 : dalam kashlan 1991.Edisi ke-2 GAMBARAN USAHA TANI INDONESIA. Penerbit: Rineka Cipta. jakarta
Himmelblau, David M. (1985454545). Basic Principles And Calculations In Chemical Engineering. Prentice Hall. ISBN 0-13-066572-X. 
Perry, R.H. and Green, D.W (1997). Perry's Chemical Engineers' Handbook (7th Edition). McGraw-Hill. ISBN 0-07-049841-5.
Meity,sinaga, suradji, Dr.Ir, Msc. 1990. JAMUR MERANG DAN BUDI DAYANYA. PT Penebar Swadaya.  Jakarta
T. Sarpian. 2003. BUDI DAYA LADA. Penerbit: Penebar Swadaya.. Jakarta
Nur Berlian Venis Ali, Estu Rahayu. 1995. WORTEL DAN LOBAK. Penerbit: Penebar Swadaya.. Jakarta
file:///F:/Hubungan Faktor Iklim dengan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman